Alhamdulillah... Akhirnya puasa juara pecah juga. Sekian lama menjadi guru bahasa Jawa yaitu sekitar 5 tahun di SMP N 1 Cluwak belum pernah dapat juara. Tepat pada hari Rabu, tanggal 4 November 2015, puasa gelar itu pun kudapatkan.
Anak didikku yang bernama Dewi Diharjo mampu memberikan juara untukku. Terima kasih Dewi Diharjo. Lomba apresiasi sastra ini sudah pernah digelar oleh dinas pendidikan Kabupaten Pati tahun 2014 kemarin. Tahun 2014 lalu, anak didikku hanya nangkring diurutan 10.
Baca ini lomba-apresiasi-bahasa-tk-kab-pati
Berkaca dari tahun lalu, saya paham dengan kriteria juri. Juri tak hanya menilai kepiawaian anak dalam bercerita. Juri juga menilai keunikan dan kreativitas cerita. Karena ini bertema sumpah pemuda, kebetulan beberapa waktu lalu bertepatan dengan sumpah pemuda saya membuat geguritan, akhirnya geguritan itu saya padukan dengan cerita.
Tahun sebelumnya, kepiawaian anak menceritakan cerita diselingi nembang yang menjadi pemenang. Nah, kali ini dari awal saya juga sudah yakin pasti tembus juara paling tidak tiga besar. Cerita memang jauh dari tema sumpah pemuda. Saya mengambil tiga cerita, yaitu Kumbakarna, Patih Suwanda, dan Rara Mendut. Akan tetapi, keputusan akhir jatuh pada Rara Mendut. Kenapa saya memilih cerita Rara Mendut? Rara Mendut dan Panacitra adalah sepasang muda-mudi yang mempertahankan keyakinan dan cinta mereka. Nilai luhur dari cerita Rara Mendutlah yang saya angkat.
Cerita Rara Mendut memiliki nilai luhur agar kita tak mementingkan kepentingan pribadi. Kita harus mau mendengar dan menghargai kepentingan orang lain. Anak muda sekarang haruslah mencontoh keteguhan hati Rara Mendut dan Panacitra, serta jangan semena-mena memaksakan kehendaknya seperti Wiraguna.
Kemudian, cerita tersebut saya lebur dengan geguritan yang saya miliki dengan tema sumpah pemuda. Rupanya, ini menjadi menarik dimata juri. Selain faktor cerita, saya juga memiliki dua anak yaitu Dewi dan Yogi. Cerita yang sama, dibawakan oleh mereka berdua. Alhamdulillah, Dewi yang sudah berpengalaman dalam lomba, akhirnya mampu memberikan juara 1.
Dalam sesi latihan yaitu sekitar 3 hari dari hari Sabtu, Senin, dan Selasa semua berjalan lancar. Adegan yang kucontohkan bisa dipergakan oleh kedua anakku tadi yaitu Dewi dan Yogi. Bahkan, mereka berimprovisasi dalam adegan ketika Mendut berjualan rokok. Ketika hari H, ada sedikit yang terlupa dari Dewi, tetapi itu ternyata tak menghilangkan keapikan cerita yang dibawakan.
Yogi dalam kategori putra, lupa sebagian cerita, tetapi bisa improvisasi dengan bahasa sendiri dan alur cerita masih sama. Untuk kategori putra ini, memang tidak dapat juara 1, 2, ataupun 3. Namun, saya yakin masih dapat peringkat 10 besar.
Terima Kasih sudah mempersembahkan piala juara 1 pertama untuk gurumu ini nak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar