Seluruh kelas menyoraki kami berdua. Bia kali ini tidak menggubris bu Tian dan sorakan dari teman-teman. Bia masih terpesona dengan cowok ganteng di kantin tadi. Kebengongan Bia tersebut sontak membuatku heran. Bia sosok yang renyah kaya krupuk tiba-tiba menjadi seperti orang kena sawan. Diajak ngomong ngalor-ngidul nggak nyambung sama sekali. Ditanya A jawabnya Z. Benar-benar seperti bukan Bia.
"Kamu kenapa sich Bi?" tanyaku heran
"Ya Allah Ebi... Dia ganteng banget."
"Siapa?"
"Cowok yang di kantin tadi."
"Ooooo..."
"Kok cuma Oooo?"
"Eeeeee..."
"Ebiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii." teriak Bia gemas mengejar aku. Ketika aku lari dari kejaran Bia tersebut, tiba-tiba tak sengaja aku menabrak dia. Yup Dia... Dia adalah lelaki yang kukagumi. Seorang cowok yang terbingkai rapi dalam hatiku.
"Upsss... Sorry." kataku. Dia tak menjawab perkataan maafku. Dia hanya tersenyum dan berlalu. Seperti itulah dia. Dia tak pernah berubah sejak dari dulu. Sejak pertama kali kami bertemu ketika bangku SMP. Dia berlalu meninggalkanku menghampiri seseorang. Dia menghampiri si cowok ganteng yang kutemui di kantin tadi pagi.
Mereka berdua berlalu meninggalkan sekolah. Aku jadi penasaran. Siapa cowok tersebut? Kenapa cowok tersebut rela menunggunya hingga berjam-jam lamanya? Banyak pertanyaan menghampiriku.
"Kena kau!" teriak Bia
"Hemmmmmmmmm."
"Kok cuma hemmmm."
"Eh, tuch cowok ganteng idola kamu jalan bareng sama....."
"Sama siapa?"
"RAHASIAAAAA."
Candaan kami lanjutkan sembari melanjutkan perjalanan pulang. Kami pisah di halte bus. Aku ke arah utara, Bia ke arah Timur. Ketika duduk dalam bus, tanpa kusadari dia tiba-tiba duduk disampingku.
"Hai." sapanya
"Hai." jawabku kaget
"Kaget ya, kok tiba-tiba aku naik dari halte daerah ini."
"Ah... Nggak juga."
"Aku tadi pergi dengan kakakku."
"Kakak?" tanyaku heran karena sepengetahuanku dia nggak memiliki kakak.
"Dia kakak kandungku. Namanya Fajar. Lama kami tak bertemu. Dia kuliah di Semarang."
"Kenapa kamu cerita ke aku?"
"Karena kamu orang yang penting buat aku."
Kata terakhir tersebut membuatku gemetar. Tak sempat melanjutkan pertanyaan, dia sudah turun dari bus meninggalkanku yang masih heran.
"Aku penting baginya? Sejak kapan?"
Sejak pertemuan kami sepulang sekolah tadi, aku makin baper. Perkataannya sukses membuatku malam ini tak bisa tidur. Rasanya hati ini menginginkan agar rembulan mengambek dan minta tolong matahari untuk cepetan mengganti tugasnya. Malam ini seperti lamaaa sekali. Aku benar-benar tak bisa memejamkan mata dengan tenang.
**
Hari ini, dua hari sejak kejadian di bus, aku masih setia menunggunya di depan kelas saat jam istirahat. Namun, dia tak kunjung lewat.
"Apa dia nggak masuk sekolah lagi ya?" gumamku.
Aku mencoba memberanikan diri menuju kelasnya. Di sana ada beberapa teman perempuan yang sedang asyik ngerumpi.
"Sorry ganggu. Boleh nanya?" tanyaku. Mereka pun mengangguk.
"Mmmmm, Reno ada?"
"Oooo... Reno dua hari ijin. Dia nggak masuk sekolah."
"Ijin? Hmmmm, OK makasih ea."
Aku kemudian berlalu. Dalam hati terus bergumam. Semakin penasaran lah hati ini. Kata teman-temannya, dia ijin karena pergi. Lalu pergi kemana?
Ketika pulang sekolah aku melihat cowok ganteng dua hari yang lalu. Menurut pengakuan Reno, dia adalah kakaknya. Laki-laki tersebut baru menemui Pak Ahmad wali kelas Reno. Aku jadi makin penasaran. Ada apa dengan Reno? Kuberanikan diri untuk menghampiri laki-laki itu. Namun, tak kusangka lelaki itu justru menghampiriku. Aku jadi salah tingkah.
"Kamu Abang?" tanyanya
"Eh... iya."
Kemudian lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Kupandangi sesaat wajah lelaki itu. Iya, dia memang mirip dengan Reno. Terutama hidungnya. Mereka berdua sama-sama mancung.
"Ini ada surat dari Reno. Tolong dibuka nanti saja ya, tepat di hari ulang tahunmu."
"Kok gitu?" tanyaku heran
"Pesan Reno seperti itu."
"Lalu, dimana Reno?"
"Kami mengajaknya ke kampung di Jawa Tengah. Jadi mulai hari ini dia sudah resmi pindah sekolah."
"APAAAAA?"
Kakak Reno justru meninggalkanku dalam kondisi shock. Aku berdiri mematung. Kakiku kaku. Hatiku patah berkeping-keping. Ingin menangis, tapi air mata ini seperti tak mau keluar. Aku benar-benar kaget.
"Apa dia nggak masuk sekolah lagi ya?" gumamku.
Aku mencoba memberanikan diri menuju kelasnya. Di sana ada beberapa teman perempuan yang sedang asyik ngerumpi.
"Sorry ganggu. Boleh nanya?" tanyaku. Mereka pun mengangguk.
"Mmmmm, Reno ada?"
"Oooo... Reno dua hari ijin. Dia nggak masuk sekolah."
"Ijin? Hmmmm, OK makasih ea."
Aku kemudian berlalu. Dalam hati terus bergumam. Semakin penasaran lah hati ini. Kata teman-temannya, dia ijin karena pergi. Lalu pergi kemana?
Ketika pulang sekolah aku melihat cowok ganteng dua hari yang lalu. Menurut pengakuan Reno, dia adalah kakaknya. Laki-laki tersebut baru menemui Pak Ahmad wali kelas Reno. Aku jadi makin penasaran. Ada apa dengan Reno? Kuberanikan diri untuk menghampiri laki-laki itu. Namun, tak kusangka lelaki itu justru menghampiriku. Aku jadi salah tingkah.
"Kamu Abang?" tanyanya
"Eh... iya."
Kemudian lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Kupandangi sesaat wajah lelaki itu. Iya, dia memang mirip dengan Reno. Terutama hidungnya. Mereka berdua sama-sama mancung.
"Ini ada surat dari Reno. Tolong dibuka nanti saja ya, tepat di hari ulang tahunmu."
"Kok gitu?" tanyaku heran
"Pesan Reno seperti itu."
"Lalu, dimana Reno?"
"Kami mengajaknya ke kampung di Jawa Tengah. Jadi mulai hari ini dia sudah resmi pindah sekolah."
"APAAAAA?"
Kakak Reno justru meninggalkanku dalam kondisi shock. Aku berdiri mematung. Kakiku kaku. Hatiku patah berkeping-keping. Ingin menangis, tapi air mata ini seperti tak mau keluar. Aku benar-benar kaget.
wahh gak sabar nunggu kelanjutannya kak..ceritanya menarik dan bikin penasaran saja, ingin cepat tahu endingnya gimana, cepet buat ya kak :D
BalasHapusSabar ya.. Ini lagi sibuk ngurus gawean di sekolahan dulu mau lomba MBS dan maju sekolah adiwiyata Nasional, belum sempat megang cerita lagi.. Jdi sabar ya.,,
Hapus